Tuesday, September 11, 2012

Di Balik Serangan 9-11 (Bag. 1) Siapa Sebenarnya di Balik Serangan 9-11

62. Who Was Really Behind the 9-11 Attacks [page 344]

Dalam banyak kasus, pemerintah AS membiayai agen provokator teroris. Sebagai contoh, sudah sering diberitakan bahwa CIA mendanai Osama bin Laden sebesar tiga miliar dollar. Beberapa orang mungkin menganggap bahwa CIA pasti tidak menduga Osama akan menyerang kita dan menghancurkan World Trade Center. Mari kita uji argumen tersebut.


Ketika AS memutuskan untuk mendukung kelompok Mujahidin—yang melahirkan aliansi penolakan di Afghan—bantuan AS yang melimpah mengalir kepada tiga kelompok penentang. Tiga kelompok tersebut menjadi kelompok yang paling anti-Amerika dalam aliansi tersebut: Hez-i-Islami (Party of Islam), dipimpin oleh Gulbaddin Hekmatyar; Jamiat-i-Islami (Islamic Society), dipimpin Profesor Burhanuddin Rabbani dan komandan militernya, Ahmed Shah Masood; dan Ittehad Islami (Islamic Unity), dipimpin oleh Profesor Abdul Rasul Sayyaf.[869]


Sibgratullah Mojadidi, pemimpin Islam berpengaruh, yang terpilih sebagai presiden pemerintah Afghan di pengasingan, berulang kali memperingatkan AS atas “kekeliruan” AS mendanai kelompok-kelompok tersebut. Dia menginformasikan pemerintah AS bahwa Hekmatyar merusak aliansi Mujahidin dan bersekutu dengan komunis. Sebagai tindak lanjut dari pengungkapan ini, pemerintah AS menghentikan bantuan resmi terhadap Hekmatyar. Kurt Lohbeck, pengamat independen dan pengarang “Holy War, Unholy Victory: Eyewitness to the CIA’s Secret War in Afghanistan”, diyakinkan oleh Duta Besar AS untuk Pakistan, Robert Oakley, pada tahun 1998 bahwa semua bantuan kepada Hekmatyar akan dihentikan. Setahun kemudian, dalam konferensi pers, Oakley menyatakan bahwa semua jenis bantuan kepada Hekmatyar telah benar-benar dihentikan. Pengumuman resmi tersebut adalah kebohongan. Seminggu kemudian, Lohbeck diam-diam mengikuti konvoy 50 truk suplai dan persenjataan AS dari bandara Peshawar menuju kamp Hekmatyar![870] Sudah jelas CIA mengetahui sifat kelompok yang mereka bantu tersebut. Dan bantuan itu masih berlangsung.

Dengan informasi ini mari kita fokus terhadap Syeikh Omar Abdul Rahman. Syeikh Omar adalah pimpinan kelompok di balik pengeboman WTC tahun 1993. Rencana Omar adalah untuk menjatuhkan satu gedung ke gedung sebelahnya sehingga menyebabkan keduanya runtuh. Mari kita selidiki sikap aneh CIA dan FBI terhadap Syeikh Omar. Ini akan membantu kita mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas penghancuran menara kembar pada 11 September 2001. Syeikh Omar adalah seorang ulama Islam anti-Amerika yang menyerukan jihad melawan Amerika dan negara-negara Barat. Kebenciannya terhadap AS bukan rahasia lagi, ia telah menyampaikan khotbah penuh kebencian di Turki, Mesir, Arab Saudi, Pakistan, Jerman, Inggris, dan bahkan di Amerika sendiri.

Bagaimana Omar masuk ke AS? Tentu saja dia masuk dengan bantuan CIA. Seorang agen CIA di Khartoum, Sudan, ditugaskan sebagai pegawai di Konsulat AS dan memberikan visa kepada Syeikh Omar. Delapan bulan setelah tiba di AS, visanya dicabut dan ia dimasukkan dalam daftar pengawasan INS untuk dideportasi. Meskipun demikian, pemerintah AS kemudian memberinya green card. Keadaan semakin memburuk, FBI mengetahui bahwa kelompok Omar berencana meledakkan WTC. Pada November 1990, FBI menyita 49 kotak dokumen dari apartemen El Sayyid Nosair, yang membunuh militan Yahudi Rabbi Meir Kahane. Di antara material yang disita FBI terdapat gambar gedung-gedung terkenal, termasuk WTC, dan khotbah-khotbah Syeikh Omar yang mendorong pengikutnya untuk “menghancurkan bangunan kapitalisme”.[871]


Bukan itu saja yang diperoleh FBI. FBI juga memiliki informasi dari orang dalam. Emad A. Salem, pengawal Syeikh Omar, merupakan informan FBI.[872] Meski FBI mendapatkan orang yang tidak mampu. Setelah dilaporkan oleh Pengadilan Banding AS atas Kontak Kedua, FBI menarik Salem dari operasi. Seperti yang dapat kita lihat kemudian, Salem ditarik dari operasi setelah bom dirakit.

Pada Juni 1992, El-Gabrowny kembali mengunjungi Nosair di penjara. Setelah pulang, El-Gabrowny menginstruksikan Salem dan Shinawy bahwa Nosair ingin bertemu mereka berdua. Salem memberi kesaksian bahwa, ketika mereka melakukan kunjungan, Nosair mencaci-maki mereka karena tidak melanjutkan rencana pengeboman dan mengarahkan Shinawy untuk mencari fatwa dari Abdel Rahman yang membolehkan pengeboman. Dalam perjalanan pulang, Shinawy berkata pada Salem bahwa operasi yang direncanakan akan membutuhkan 12 bom. Shinawy juga menjelaskan bahwa mereka akan memerlukan senjata kalau-kalau mereka berhadapan dengan polisi saat beraksi, mengindikasikan bahwa sumber persenjataannya adalah Hampton-El. Dua hari berikutnya Salem pergi ke rumah El-Gabrowny dan menemukan Shinawy sudah berada di sana. Ketiga orang tersebut setuju untuk berusaha mengamankan “safehouse” guna merakit bom, dan El-Gabrowny berjanji akan berupaya memperoleh detonator dari Afghanistan. Beberapa hari kemudian, Shinawy memerintahkan Salem berkumpul di Masjid Abu Bakar dimana ia memperkenalkan Salem pada Hampton-El. Salem dan Shinawy menjelaskan pada Hampton-El bahwa mereka akan membuat bom tapi mengalami kendala dalam mendapatkan detonator. Hampton-El mengatakan bahwa dirinya memiliki akses menuju “bom siap pakai” seharga $900 sampai $1.000 per bom. Tr. 4932-33, 6485-86. Ia juga menawarkan senapan tangan pada Salem. Beberapa hari kemudian, Shinaway memberi Salem sebuah senapan tangan yang mungkin berasal dari Hampton-El. Pada awal Juli 1992, terjadi keretakan di antara Salem dan FBI, dan disepakati bahwa operasi rahasia Salem akan diakhiri.[873]


Selama pengadilan terungkap bahwa selain Salem, seorang mata-mata Mesir juga berada di antara para konspirator. Tidak jelas apakah ia bekerja dengan FBI saat pengeboman terjadi, tapi pasti akan sangat aneh jika agen mata-mata pemerintah tidak bekerja langsung dengan pemerintah Mesir atau AS. Ia kembali memberi kesaksian mengenai orang lain di persidangan.
Di akhir tahun 1992, pelatihan paramiliter kembali dimulai, dipimpin oleh Siddig Ali dan Hampton-El pada akhir pekan antara Oktober 1992 dan Februari 1993. Terdakwa Amir, Fadil Abdelgani, dan Elhassan, berpartisipasi dalam kamp pelatihan, begitu pula Abdo Haggag, seorang mata-mata Mesir yang memberi kesaksian untuk pemerintah selama proses pengadilan.[874]


Peristiwa mencurigakan lainnya adalah ketika kelompok tersebut berusaha memperoleh detonator dan senjata dari informan pemerintah lainnya yang bekerja untuk U.S. Navy Investigative Service.[875] Tidak terungkap apakah para konspirator sebenarnya memperoleh detonator darinya. Keterlibatan informan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah sedang berada dalam posisi menghentikan rencana konspirator dan menangkapnya, namun anehnya pemerintah tidak melakukan hal ini.

Setelah peristiwa ledakan, FBI membayar Salem sebesar $1.000.000 dan menyewanya kembali sebagai informan. Sangat ganjil jika pemerintah membayar informan di muka. Sebenarnya, cara pembayaran seperti ini hampir tak pernah terdengar, terutama kepada warga asing yang bisa saja melarikan diri dengan uangnya, tanpa memenuhi tugas yang telah disepakati, dan kemudian ia takkan pernah terlihat lagi. Nilai pembayaran dan keadaan yang berkembang menyiratkan bahwa pembayaran itu dilakukan sebagai upah atas jasa yang telah dilakukan. Tampaknya, seseorang dalam pemerintahan AS cukup puas dengan kinerja Salem sebelum pengeboman.

Salem mungkin merasa bahwa dirinya bisa saja ditipu dan karena itu ia merekam pembicaraannya dengan FBI setelah pengeboman. Dalam satu rekaman, Salem terdengar mencela FBI karena telah membiarkan pengeboman terjadi, yang menyiratkan bahwa mereka berada dalam posisi untuk menghentikannya. Salem berkata pada New York Times bahwa FBI telah berencana mengganti bahan peledak dengan zat/unsur lembam (inert substance) dan kemudian menangkap para pengebom ketika mereka berupaya meledakkan WTC. Rencana ini mengindikasikan bahwa FBI terlibat dalam perakitan bom yang digunakan.

Rencana penggantian itu merupakan skema awal yang tidak menjadi kenyataan. Tak ada seorang pun di dunia ini yang berpikiran normal mau mengambil resiko mengorbankan banyak nyawa penduduk tak berdosa. Menurut hukum federal, memasuki konspirasi adalah kejahatan yang dapat dihukum dengan tahanan penjara hingga 20 tahun.[876] Para perencana ledakan telah memasuki konspirasi jauh sebelum pengeboman terjadi dan mereka dapat ditangkap kapan saja atas pelanggaran tersebut. Sebenarnya, konspirasi adalah tuduhan utama terhadap pelaku pengeboman itu.[877] Semua keterangan yang dibutuhkan untuk membuktikan tuduhan tersebut sudah ada sebelum bom meledak. Para konspirator itu tak perlu benar-benar menyelesaikan semua kejahatannya untuk bisa dinyatakan bersalah atas tindakan konspirasi. Konspirasi adalah sebuah kesepakatan untuk melaksanakan kejahatan, dan FBI memiliki bukti yang cukup mengenai kesepakatan ini sebelum bom meledak. Kiranya FBI mengetahui hukum tersebut. FBI dapat menghentikan kelompok tersebut jauh sebelum mereka benar-benar menanamkan bom. Skema penggantian tadi lebih terdengar seperti cerita rekaan untuk menjelaskan mengapa FBI membiarkan pengeboman terjadi saat mereka benar-benar dapat menghentikannya. Itulah satu-satunya penjelasan yang masuk akal atas tindakan FBI.

Seperti diberitakan oleh Chicago Tribune, 15 Desember 1993, Salem mengatakan dalam rekaman bahwa ia sendiri yang merakit bom tersebut.[878] Perakitan bom yang ia lakukan harus sudah selesai sebelum ditarik dari kasus tersebut. Kalau Salem ditarik dari kasus setelah ia merakit bom, bagaimana FBI menganggap bisa menaruh unsur lembam sebagai pengganti bahan peledak? Hanya ada satu jawaban masuk akal: FBI tidak berniat menghentikan pengeboman tersebut. FBI menarik Salem dari kasus tersebut untuk tujuan membiarkan WTC dibom. Mari kita tinjau fakta berikut:

1) Salem, yang bekerja secara rahasia untuk FBI, merakit bom untuk teroris yang kemudian digunakan untuk mengebom WTC;
2) FBI tahu bom tersebut telah dirakit dan siap digunakan, tapi FBI menarik Salem dari kasus tersebut, dan karena itu tidak mampu menggagalkan pengeboman;
3) Para teroris mengebom WTC, yang membunuh 6 nyawa dan melukai 1.000 orang;
4) FBI bertindak untuk mencari para penjahat itu, padahal FBI tahu siapa saja para penjahat itu, dan informannya-lah yang merakit bom tersebut;
5) FBI membayar informan tersebut sebesar $1.000.000 untuk kembali membantu FBI secara rahasia guna menemukan para penjahat itu, yang identitasnya sesungguhnya sudah benar-benar diketahui FBI.

FBI berkata pada pers bahwa mereka mampu menangkap para penjahat itu ketika Mohammad Salameh terlihat di toko penyewaan truk guna mengangkut tumpukan untuk truk yang digunakan dalam pengeboman. Sebenarnya, seperti dijelaskan di atas, FBI memiliki informasi dari orang dalam mengenai rencana pengeboman itu dan FBI juga sudah tahu siapa dalangnya.

Mohammad Salameh, yang telah dijatuhi hukuman beserta pelaku lainnya, menuduh Mossad Israel berada di balik pengeboman tersebut. Ia menuduh Josie Hadas adalah wanita yang mendalangi pengeboman.[879] Nomor telepon Salameh mencatat bahwa ia menyewakan kembali truk tersebut pada Hadas. FBI menyatakan bahwa Josie Hadas adalah sosok fiksi; ia tak pernah ada. Yang ganjil adalah bahwa para saksi mata pernah melihatnya; ia digambarkan kepada seorang reporter sebagai ”wanita Arab keibuan yang dua kali lebih tua dari Salameh dan pindah ke apartemen sebelum Natal.”[880] Oleh saksi lain ia digambarkan sebagai seorang wanita petugas kebersihan berusia 50 tahun.[881] Jika ia hanya seorang petugas kebersihan, bagaimana ia dapat menghilang dengan mudah? Mengapa FBI mengatakan bahwa ia adalah sosok yang tak ada, padahal para saksi mata mengatakan pernah melihatnya? Memang sangat mungkin bahwa Salameh hanya berusaha melibatkan Israel dengan menuduh bahwa Hadas adalah seorang Israel. Kapan ia menemukan informasi tersebut? Tidak realistis jika menduga bahwa ia hanya meyakini Hadas sebagai agen Mossad selama rencana pengeboman itu. Terdapat bukti bahwa seseorang yang diduga warga negara Irak, Ramzi Yousef, juga merupakan salah satu pelaku perencanaan. Mengapa Salameh tidak melibatkan Ramzi? Kelihatannya, keseluruhan cerita belum jelas. Pada akhirnya, kita harus bertanya siapa yang diuntungkan? Jawabannya jelas: Israel.

Baik tahun 1993 maupun 2001, tragedi WTC memiliki tanda-tanda ulah para Zionis yang tak dapat diragukan. Para Zionis ini sangat kuat dan jahat, tapi bodoh. “Orang-orang bodoh mengatakan dalam hatinya, ‘Tak ada Tuhan’. Mereka menyimpang, mereka melakukan pekerjaan yang sangat buruk.” Mazmur 14:1. Para Zionis Ateis ini mengadakan malapetaka seperti penyihir jahat. Seluruh eksistensi mereka didasarkan pada penolakan terhadap Tuhan, dan karena mereka mengabaikan hukum alam milik Tuhan yang tak dapat diganggu-gugat, skema mereka mudah terbaca. Mereka selalu meninggalkan jejak yang bisa dilihat dan didengar oleh orang-orang yang memiliki mata dan telinga.

Pada 4 Juli 2001, dua bulan sebelum serangan WTC 11 September, Osama bin Laden pergi menuju rumah sakit Amerika di Du`ai selama 10 hari untuk mendapatkan perawatan dialysis ginjal. Pada sat itu ia dituduh oleh pemerintah AS mendalangi pengeboman kedutaan AS di Kenya dan Tanzania tahun 1998. Menurut surat kabar Prancis, Le Figaro, selama dirawat di rumah sakit itu ia dikunjungi oleh station chief CIA setempat dan agennya.[882] Penyingkapan ini diketahui berasal dari intelijen Prancis, yang memiliki kepentingan dalam mengungkapkan kaitan CIA/Osama guna menahan AS agar tidak memperluas perang ke Irak dan negara lainnya. Tidak mengejutkan, CIA menolak peristiwa kunjungan itu dan rumah sakit tersebut juga menyangkal bahwa Osama bin Laden pernah menjadi pasien di sana.

Di mana Osama bin Laden sekarang? Yang terhormat pengarang Gordon Thomas telah menulis sebuah buku berjudul “Seeds of Fire”, yang di dalamnya ia menyatakan bahwa Beijing memiliki peran dalam tragedi 11 September.[883] Thomas adalah jurnalis investigatif yang sangat dihormati, ia berasal dari Irlandia dan mengarang 38 buku. Thomas mengungkapkan dalam bukunya bahwa pada 11 September 2001, tepat saat serangan WTC, sebuah pesawat dari Beijing mendarat di Kabul. Dalam pesawat terdapat perwira senior PLA (Peoples Liberation Army) dan Chinese Bureau of State Security. Misi delegasi China tersebut adalah untuk menanda-tangani kesepakatan dengan Taliban, yang kabarnya diperantarai oleh Osama bin Laden, untuk menyediakan teknologi penelusuran misil (missile tracking), seni komunikasi, dan sistem pertahanan udara, bagi Afghanistan. China memiliki akses menuju teknologi tersebut berkat spionasenya terhadap AS dan berkat kebijakan bodoh pemerintah AS dengan memberi Komunis China status perdagangan negara. Sebagai balasan terhadap bantuan China, Taliban memerintahkan separatis Muslim di China barat laut untuk menghentikan aktivitasnya.

Setelah kesepakatan antara Taliban dan pemerintah Komunis China tersebut, Osama diterbangkan menuju tempat perlindungan yang aman di China.[884] Sesaat setelah serangan WTC, Direktur CIA, George Tenet, bertemu dengan Letnan Jendral Ahmed, kepala dinas intelijen Pakistan, yang menjelaskan pada Tenet tentang kerjasama China/Taliban.[885] Tenet segera menginformasikan Presiden George W. Bush mengenai kaitan China/Taliban ini. Apa yang kemudian dilakukan Bush? Pada 28 Desember 2001, saat rakyat Amerika diasyikkan dengan masa liburan, Bush memberi China “status perdagangan normal permanen”! Ini belum selesai! Pada 2 Januari 2002, Bush mengumumkan bahwa ia mengurangi pembatasan ekspor superkomputer dari AS, yang merupakan keuntungan besar bagi China dan Rusia. Setelah serangan 9-11 George W. Bush mengatakan: “mulai hari ini, setiap negara yang menyembunyikan dan mendukung terorisme akan dianggap oleh AS sebagai rezim musuh”.

Apa arti semua ini? Saya akan jelaskan lebih detail, Osama bin Laden adalah sebuah boneka, dan rezim komunis China kelihatannya membantu George W. Bush dan para konspiratornya untuk membuat boneka ini tetap bebas.

Pemerintah Rusia dan China telah menjadi penyokong kelompok teroris Islam selama beberapa dekade. Yaser Arafat nyatanya adalah boneka komunis. Pada pidato tahun 1982, Arafat menyatakan, “Kami sangat mengharapkan kalian, kawan, Central Committee of the Soviet Communist Party dan blok sosialis…mengingat soal pembebasan dan kemajuan di dunia.”[886] Arafat bahkan memuji Soviet atas invasinya ke negara Islam Afghanistan! Di Afghanistan, Taliban disokong oleh China, sedangkan Aliansi Utara sudah lama menjadi sekutu Rusia. Pimpinan Islam yang benar-benar anti-komunis dijadikan target pembunuhan, seperti yang terjadi dalam kasus Abdul Haq.

China yang menjalankan mesin propaganda, bersuka-ria atas serangan 9-11 di New York dan Washington. China memproduksi buku, film, dan video game, yang memuji-muji serangan tersebut sebagai tamparan hina terhadap AS, yang mereka gambarkan sebagai bangsa arogan. Video-video diisi dengan gambaran mengerikan disertai alunan musik opera yang dramatis dan bahkan lagu tema Jaws, lalu dimasukkan ke pasaran China oleh pemerintah Komunis tersebut segera setelah serangan terjadi. “CD demi CD memuat terbitan media yang dikendalikan Partai Komunis. DVD paling populer diproduksi oleh kantor berita Xinhua, Beijing Television, dan China Central Television.”[887] Salah satu video memuat komentator yang mengejek: “Inilah yang ingin dilihat oleh seluruh dunia pada Amerika.”[888]


Uni Soviet, yang memberikan suara untuk pendirian negara Israel dan pendukung kuat Israel sejak awal, tampaknya berputar balik dan kini menjadi penyokong teroris Islam dalam penghancuran Israel. Itu hanyalah salah satu contoh dari materialisme dialektika komunis. Komunisme menciptakan racun dan penangkalnya dalam laboratorium yang sama. Mereka memanfaatkan serangan teroris Islam sebagai alasan untuk memajukan Zionis lebih jauh. Wajah kebijakan anti-Israel yang kemudian berkembang di negara-negara komunis hanya untuk konsumsi publik. Kenyataannya, kekuatan Zionis telah menginspirasi dan mengendalikan semua negara komunis, termasuk China dan Rusia. Komunisme Marxist berasal dari Talmud. Mungkin sulit dipercaya, tapi memang benar bahwa satu kelompok pengendali boneka (dalang) sedang memainkan teroris Islam dan respon balasan dari negara-negara yang menjadi target serangan teroris, termasuk Israel dan AS. Semua dalang tersebut sedang melangkah setapak demi setapak menuju tujuan Zionis untuk menguasai dunia.

Perang AS terhadap terorisme di Afghanistan utara sebagai balasan atas serangan WTC dan Pentagon 9-11 merupakan contoh yang sempurna. AS memaksa kekuatan Taliban keluar dari Afghanistan utara (sebenarnya banyak anggota Taliban yang membelot ke Aliansi Utara ketika menjadi jelas bahwa Taliban telah kalah). Aliansi Utara diserahi kendali atas Afghanistan utara oleh AS. Aliansi Utara lalu disambut dalam pasukan Rusia. Rusia kini menguasai sebagian besar Afghanistan utara. AS melakukan pekerjaan kotornya, dan Rusia mendapatkan barang rampasannya. Dan siapa yang mengendalikan Rusia? Tentu saja Zionis Yahudi. Anda lihat, selangkah demi selangkah mereka sedang menggapai tujuan mereka.

Bukti tentang Yahudi yang memainkan kejahatan pemerintah dalam serangan WTC 9-11 semakin jelas terlihat. Presiden George W. Bush dalam pidatonya 10 November 2001 di hadapan Majelis Umum PBB menyatakan: “Jangan kita biarkan teori konspirasi terkait dengan serangan 11 September – ini adalah kebohongan jahat yang berusaha membuang kesalahan teroris, sehingga bebas dari hukuman.”[889]


Mengapa George W. Bush sangat peduli tentang konspirasi? Jawabannya akan muncul saat Anda membaca cerita Illarion Bykov and Jared Israel mengenai kronologi peristiwa pada 11 September 2001, yang menyingkapkan tingkah laku Bush yang mencurigakan saat itu:
Reporter Associated Press (AP), Sonya Ross, adalah salah satu jurnalis yang meliput perjalanan Bush ke Florida pada pagi 9-11. Ross juga berada dalam perjalanan menuju Booker School atau sudah berada di tempat tersebut ketika mendapat kabar mengenai tabrakan pertama terhadap WTC: “Telepon genggam saya berdering saat iring-iringan Presiden Bush menuju Emma E. Booker Elementary School di Sarasota, Fla. Seorang rekan melaporkan bahwa sebuah pesawat telah menabrak WTC di New York. Tak ada informasi lebih jauh. Saya menghubungi kantor AP di Washington, meminta detail informasinya. Yang ada hanya informasi serupa. Namun saya tahu peristiwa itu pasti menyeramkan. Saya mencari petugas Gedung Putih untuk bertanya, tapi tak seorang pun yang ada hingga pukul 09.05.” Ross mencari petugas Gedung Putih karena ia tahu orang-orang Bush pasti lebih mengetahui persitiwa itu dibanding Associated Press.

Presiden Bush bukan orang biasa. Dia bekerja dengan seluruh staf-nya. Mereka bertanggung jawab menerima, menyaring, dan menyampaikan informasi militer dan administratif. Kepala Staf, Andrew Card, mengatur dan mengkoordinasi anggota staf dan berkomunikasi dengan Presiden. Selain itu, Bush memiliki Secret Service, yang bertanggung jawab atas keamanan dirinya. Anggota tim pendukung ini mempunyai peralatan komunikasi terbaik di dunia. Mereka menjaga kontak, atau mudah menghubungi, dengan kabinet Bush, National Military Command Center (NMCC) di Pentagon, Federal Aviation Administration (FAA), dan para agen Secret Service yang bersiap siaga di Gedung Putih, dan lain-lain.

Karena sistem informasi Presiden jauh lebih canggih dibanding milik reporter, maka masuk akal jika sang Prsedien sudah tahu mengenai peristiwa tragedis ini ketika Ross mendengar tabrakan WTC yang pertama—yaitu saat rombongan Bush melaju menuju Booker Elementary School—. Sumber-sumber publik menegaskan hal ini. Jurnalis ABC, John Cochran, juga mengikuti perjalanan Presiden itu. Ia melaporkan dalam ABC TV pada Selasa pagi, [ia berbicara dengan Peter Jennings]: “Peter, seperti Anda ketahui, kedatangan Presiden ke Florida untuk membahas masalah pendidikan. Ia keluar dari hotelnya pagi ini, namun saat ia akan pergi, para reporter melihat Kepala Staf Gedung Putih, Andy Card, berbisik ke telinganya. Reporter bertanya pada Presiden, ‘Apakah Anda tahu apa yang sedang terjadi di New York?’ Ia menjawab bahwa ia sudah tahu, dan ia bilang akan mengatakan sesuatu mengenai tragedi itu nanti. Acara Presiden yang pertama adalah kunjungan ke sekolah dasar di Sarasota, Florida, selama sekitar setengah jam.” Jadi Bush tahu tentang tabrakan WTC yang pertama sebelum meninggalkan hotel.

Apa lagi yang ia [Bush] ketahui? Pertanyaan ini terjawab oleh ucapan yang diungkapkan Wakil Presiden, Richard Cheney, mungkin tak disadari, pada MEET THE PRESS Minggu 16 September. Meski tanpa laporan John Cochran di ABC, komentar Cheney merupakan bukti bahwa sebelum Presiden Bush pergi menuju Booker School, ia sudah tahu sebuah pesawat telah dibajak dan kemudian ditabrakan ke WTC. Cheney berbicara dengan jurnalis MEET THE PRESS, Tim Russert, mengenai jalur penerbangan American Flight 77, yang menabrak Pentagon. Berikut percakapannya:

“Cheney: …Mungkin kita bisa katakan, mereka [American Flight 77] pada mulanya tiba di Gedung Putih dan…
“Russert: Pesawat itu benar-benar berputar-putar di atas Gedung Putih?
“Cheney: Bukan berputar-putar, tapi mengarah ke Gedung Putih. Secret Service memiliki persiapan dengan FAA. Mereka mengadakan komunikasi setelah World Trade Center…”
“Russert: Menelusurinya dengan radar.
“Cheney: Dan ketika pesawat itu memasuki zona bahaya dan terlihat mengarah ke Gedung Putih, Secret Service membawa dan mengevakuasi saya menuju basement…(dan seterusnya)” Transkrip MEET THE PRESS
Kelihatannya Cheney telah membocorkan fakta krusial bahwa Secret Service memiliki komunikasi dengan FAA, dan kemudian Cheney menyadari bahwa dirinya terlalu banyak bicara lalu berhenti sebelum menyelesaikan perkataannya. Tapi sekalipun dia banyak bicara, dia juga terlambat berhenti bicara. Sudah jelas bahwa kalimat tadi pasti diakhiri dengan kata ‘ditabrak’ atau semacamnya.

Karena itu, saat American Flight 11 menabrak WTC sekitar pukul 08.46, atau sebelum itu terjadi, Secret Service sudah mengetahui apa yang diketahui FAA. Jadi, apa yang diketahui FAA? FAA mengakui bahwa pada pukul 08.20 mereka ‘mencurigai’ American Flight 11 telah dibajak. Dan menurut cerita resmi yang dirilis 14 September: “Pada 08.40, FAA memberitahukan NEADS (Northeast Air Defense Sector) of NORAD, sistem pertahanan sipil militer, tentang Flight 11 [yang telah dibajak]” Newsday 23 September 2001.

Jadi, berdasarkan cerita resmi tersebut, Secret Service mengetahui bahwa pada pukul 08.40 atau kurang, Flight 11 telah dibajak. Dan karena FAA menelusuri Flight 11, begitu juga dengan National Military Command Center (yang diberitahu tentang pembajakan serta memiliki akses terhadap radar dari seluruh wilayah negeri), maka sudah pasti bahwa pada pukul 08.46 Secret Service mengetahui pasawat yang dibajak itu telah menabrak WTC.

Dengan demikian, berdasarkan cerita resmi tersebut, sebelum Presiden memasuki Booker School, bahkan sepertinya sebelum ia meninggalkan hotel, Secret Service sudah mengetahui bahwa, untuk pertama kalinya dalam sejarah AS, negara ini telah diserang oleh teroris melalui udara.

Secret Service, yang mempekerjakan lebih dari 4.000 orang, memiliki beberapa tugas. Yang paling penting adalah melindungi Presiden. Dan tentu saja, ini berarti bahwa pertama-tama adalah menjauhkannya dari bahaya karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Ini khususnya berlaku terkait dengan bahaya tertentu:

“Selama perang dingin, ketika para agen keamanan biasa melakukan latihan perang yang meliputi ancaman teroris terhadap Gedung Putih, satu masalah yang tak terpecahkan adalah pesawat komersial berisi bahan peledak dan melaju ke jalur landasan di Bandara Nasional Washington, kemudian berbelok ke gedung Putih untuk melakukan tabrakan bunuh diri.” (Majalah TIME). Secret Service sejak lama sadar bahwa salah satu ancaman keamanan yang licin berasal dari serangan melalui pesawat komersial yang dibajak di bandara terdekat. Jika pesawat dibajak dari beberapa bandara berlainan dan menabrak gedung-gedung, tindakan pencegahan keamanan tertinggi adalah menjauhkan Presiden dari pertemuan publik di tempat-tempat dekat bandara. Booker School berada kurang dari 5 mil dari Bandara Internasional Sarasota-Bradenton.[890]


Mengapa Secret Service mengizinkan George W. Bush tetap menjalankan rencana semula untuk hadir di sekolah tersebut. Mungkin Bush sadar bahwa dirinya lebih tahu banyak tentang target-target serangan dan tahu bahwa dirinya tidak dalam bahaya. Mengapa saya berkata demikian? Mari kita cermati tingkah laku Bush pada hari kejadian. Pada 12 September, Associated Press melaporkan: “Di Sarasota, Florida, Bush sedang membacakan sesuatu pada anak-anak di ruang kelas pukul 09.05 ketika Kepala Staf, Andrew Card, berbisik ke telinganya. Presiden sejenak berubah muram sebelum melanjutkan bacaannya. Ia membahas tragedi tersebut sekitar setengah jam kemudian.”[891]


Apakah Anda memahaminya? Bush kemudian diberitahu bahwa pesawat kedua telah menabrak WTC dan ia tetap membacakan cerita anak-anak. Seperti telah kita tetapkan, ia mungkin telah mengetahui bahwa serangan pertama merupakan serangan teroris dan kemudian ditegaskan dengan pesawat kedua yang menabrak menara kedua, dan dia merespon peristiwa ini dengan melanjutkan membaca cerita anak-anak! Mengapa Presiden AS itu tidak segera mengambil tindakan? Jawabannya tidak muncul hingga 2 bulan kemudian, saat pertemuan antar kota (town meeting) pada 4 Desember 2001, di Sarasota, Florida. Mari kita perhatikan apa yang ia katakan berdasarkan transkrip resmi di website Gedung Putih: “Baiklah, Jordan, kau takkan percaya di negara bagian mana saya berada ketika saya mendengar adanya serangan teroris. Saya berada di Florida. Dan Kepala Staf saya, Andy Card – sebenarnya saya berada di dalam ruang kelas sedang membicarakan program bacaan yang berjalan. Saya sedang duduk di luar kelas untuk masuk, dan saya melihat sebuah pesawat menabrak menara – TV sedang menyala. Saya sendiri yang terbiasa terbang membawa pesawat, mengatakan, itu pilot yang buruk sekali. Saya katakan, peristiwa itu pasti mengerikan. Namun saya terbawa kondisi di tempat saya berada, saya tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal itu. Dan saya sedang duduk di dalam kelas, lalu Andy Card, Kepala Staf saya, yang duduk tak jauh dari saya, menghamipir saya dan berkata, “Pesawat kedua telah menabrak menara, Amerika sedang diserang.”[892]


George W. Bush mengatakan bahwa melalui TV ia melihat pesawat pertama menabrak menara. Video siapa yang ia tonton? Tak ada satu pun media di negara ini yang memiliki video tabrakan pesawat pertama hingga beberapa jam kemudian, tapi Bush menonton tabrakan itu beberapa menit setelah peristiwa. Satu-satunya orang yang mungkin telah memiliki video tersebut dengan cepat adalah orang yang sudah tahu sebelumnya apa yang akan terjadi dan telah siap merekamnya. Selain itu, Wakil Presiden, Cheney, menyatakan bahwa mereka memiliki komunikasi dengan FAA yang mencurigai bahwa pada pukul 08.20 pesawat pertama dibajak dan kemudian FAA memberitahu NORAD tentang peristiwa tersebut pada pukul 08.40. Fakta bahwa pesawat tersebut dibajak ditegaskan ketika pesawat itu menabrak menara satu WTC pada pukul 08.46. Namun Presiden Bush, yang sering menjadi pilot, saat menyaksikan tayangan itu, bereaksi aneh: “Saya katakan, itu pilot yang buruk sekali. Peristiwa itu pasti mengerikan.” Ia sudah tahu bahwa pesawat itu kemungkinan telah dibajak, karena Secret Service berkomunikasi dengan FAA yang memiliki informasi bahwa pesawat itu dibajak sebelum menabrak menara. Tapi ketika menyaksikan pesawat yang dibajak itu menabrak struktur bangunan—buatan manusia—terbesar di dunia pada hari yang cerah dengan jarak penglihatan bermil-mil, ia mengatakan: “itu pilot yang buruk sekali” dan kemudian “peristiwa itu pasti mengerikan”! Tak dapat dipercaya. Bahkan semakin buruk, ketika ia diberitahu tentang tabrakan pesawat kedua dan diberitahu oleh Kepala Staf-nya bahwa “Amerika sedang diserang”, ia tetap melanjutkan membaca cerita anak-anak. Itu bukanlah sikap seorang pemimpin, itu sikap seorang boneka, yang berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tindakan dia selanjutnya. Dia benar-benar dikendalikan dan hati nuraninya sudah lenyap sehingga salah satu serangan paling menghebohkan terhadap negara besar ini tidak membuatnya terketuk. Ingat, sebelum diberitahu mengenai tabrakan kedua, ia telah menonton video tabrakan pertama dan tidak melakukan apapun terkait isu keamanan nasional. Lalu, ketika diberitahu tentang tabrakan kedua, ia tidak kehilangan irama, terus melanjutkan membaca sisa cerita anak-anak. Ia sama sekali tidak memperlihatkan keingintahuan terhadap tragedi yang terhampar itu!

Sebagian besar orang fokus pada sikap Presiden Bush yang aneh dan menyedihkan. Namun yang belum dijelaskan adalah tingkah laku Andy Card yang sama-sama mencurigakan. Card tidak menunggu instruksi yang akan diberikan Presiden. Card berjalan dan menghabiskan waktu kurang dari 3 detik untuk berbisik ke telinga Presiden AS (yang merupakan Komandan dan Pimpinan Tentara AS) bahwa AS sedang diserang dan setelah itu ia segera melangkah pergi. Ia tidak ragu saat melangkah pergi, dilakukan dengan dengan cepat. Bagaimana ia tahu bahwa Presiden Bush tidak akan merespon informasinya dengan memberi instruksi? Tampaknya saat menyaksikan video tadi, Card tidak mengungkapkan tragedi itu yang membuat Presiden akan merespon dengan instruksi. Card hanya memberi perkembangan laporan peristiwa yang diduga terjadi; Card lalu segera berjalan pergi. Sudah jelas ia tahu bahwa Presiden Bush tidak akan memberinya instruksi.

Tak ada pembahasan mengenai hal ini di media. Para pengendali boneka tak hanya mengendalikan Bush, tapi mereka juga mengendalikan media. Presiden Bush tidak ditanya mengenai sikap aneh atau pernyataannya yang tak dapat dipercaya. Ini seharusnya membuat para pembaca sadar akan kekuasaan dan kendali para konspirator.

Stanley Hilton, mantan Kepala Staf untuk Senator Robert Dole, yang mewakili 400 penggugat yang mengajukan class action senilai $7 miliar terhadap Presiden George W. Bush, Wakil Presiden Richard Cheney, Penasehat Keamanan Nasional Condoleeza Rice, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, Direktur FBI Robert Mueller, dan pejabat lainnya di kantor pemerintahan tinggi, menuduh mereka semua merencanakan dan memainkan serangan 9-11.[893]


Hilton memiliki dokumen bukti dan kesaksian bahwa bahwa Presiden Bush sendiri yang memerintahkan serangan 9-11. Lebih jauh, Hilton memiliki saksi dan keterangan bahwa Angkatan Udara AS dan NORAD mengadakan 35 latihan selama 2 bulan sebelum serangan latihan 11 September oleh pesawat terhadap beberapa target, termasuk latihan khusus dimana WTC menjadi target serangan pesawat.”[894] Sesungguhnya, pada 1 September 2001 ada 5 latihan yang dijalankan oleh NORAD dan Angkatan Udara yang meliputi serangan oleh pesawat komersial.[895] 35 latihan yang diadakan pemerintah AS untuk serangan pesawat, menurunkan kredibilitas Penasehat Keamanan Nasional Condoleeza Rice, yang pada 6 Mei 2002 mengatakan dalam keterangan pers: “Saya tidak berpikir ada seseorang yang telah memprediksikan kelompok ini akan membajak pesawat dan menghantamkannya ke WTC, kemudian membajak pesawat lain dan menghantamkannya ke Pentagon; jadi mereka berusaha menggunakan pesawat sebagai misil, pesawat bajakan sebagai misil.”[896] Mengapa Rice mengatakan sesuatu yang jelas-jelas palsu? Karena ia tidak berpikir bahwa akan ada seseorang yang mencari tahu tentang latihan sebelumnya. Kini setelah informasi tentang latihan itu bocor, para konspirator menghadapi masalah.

Cinta terhadap uang adalah akar semua kejahatan. 1 Timothy 6:10. Satu-satunya cara untuk menetapkan siapa orang di balik perusahaan kriminal adalah demi uang. Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan siapa dalang di balik serangan WTC. Anda mungkin bertanya, bagaimana bisa seseorang memperoleh uang dari kehancuran WTC? Terdapat satu jenis investasi, dimana investor bisa memperoleh uang jika harga saham turun. Dalam kasus 11 September 2001, dimana jet-jet American Airlines dan United Airlines dibajak dan ditabrakkan ke Pentagon dan WTC, terdapat aktivitas tak biasa terkait dengan pembelian sejumlah besar put option pada saham-saham ini.

Put option sangat berpengaruh tapi merupakan instrumen investasi beresiko yang menaikkan nilai ketika harga saham turun. Apa yang membuat put option ini mencurigakan adalah bahwa instrumen tersebut merupakan put option jangka pendek (September). Put option memiliki nilai waktu (time value). Nilai waktu put option jatuh sangat dalam di akhir bulan. Jadi taruhan besar para pembeli put option ini mengindikasikan bahwa mereka tahu sesuatu yang buruk akan terjadi terhadap perusahaan-perusahaan yang mereka jual dalam jangka pendek (short selling). Semua option dijadwalkan kadaluarsa di hari Jumat ketiga pada bulan yang telah ditentukan, dan begitu juga put option September akan kadaluarsa pada Jumat 21 September 2001, jika harga saham pokok tidak turun. Tak ada seorang pun yang bersedia mengambil taruhan beresiko besar itu, yang dibuat sebelum serangan 9-11, kalau tidak mengetahui sebelumnya bahwa menara WTC dan Pentagon akan digambarkan di media ditabrak oleh pesawat dari penerbangan tertentu dan kemudian menara WTC roboh.

Selain pembelian put option secara besar-besaran pada United dan American Airlines, terdapat juga pembelian besar put option pada saham Morgan Stanley Dean Witter & Co. dan Merrill Lynch & Co., yang menempati lantai 22 WTC. Seperti diharapkan para konspirator, setelah kehancuran WTC, harga saham kedua perusahaan tersebut jatuh, menghasilkan jutaan dolar bagi orang-orang yang sebelumnya telah membeli put option.

Perlu Anda ketahui, dalam 4 hari transaksi sebelum serangan 11 September, terjadi pembelian 12.215 put option pada saham Merrill Lynch. Rata-rata volume transaksi put option pada saham Merrill Lynch sebelum 4 hari tersebut adalah 252 transaksi per hari. Jadi terdapat kenaikan 1200% dalam transaksi put option beberapa saat sebelum serangan. Akibat dari kejatuhan harga saham Merrill Lynch, put option tersebut menghasilkan keuntungan sekitar $5,5 juta. Nilai $5,5 juta itu adalah keuntungan yang didapat dari transaksi put option Merrill Lynch saja. Beberapa orang memperkirakan bahwa keuntungan penjualan jangka pendek pada perusahaan-perusahaan yang terkena dampak serangan 9-11, di seluruh dunia kira-kira mencapai $15 miliar.[897]


Transaksi put option ini merupakan transaksi beberapa orang yang memiliki informasi dari orang dalam yang terlibat dalam detail serangan. Mereka tidak hanya mengetahui target serangan, WTC, tapi juga tahu penerbangan mana yang akan digunakan untuk membidik gedung-tersebut. San Francisco Chronicle adalah satu-satunya surat kabar yang memberitakan bahwa para investor telah mengumpulkan keuntungan lebih dari $2,5 juta yang mereka hasilkan dari transaksi option saham United Airlines sebelum serangan teroris 11 September. Kini para investor itu tak berani muncul, karena transaksi put option yang sangat besar itu mengindikasikan bahwa mereka mengetahui informasi mengenai serangan tersebut. Tampaknya, suspensi (penahanan) perdagangan selama 4 hari setelah serangan memberi mereka kesempatan untuk segera menentukan harga sebelum para investigator mengetahui hal ini. Akan terlambat bagi mereka untuk mengambil keuntungan. Fakta bahwa mereka lari meninggalkan $2,5 juta tentu dapat menunjukkan mereka tidak bersalah.

Bagaimana transaksi ini membantu kita mengidentifikasi dalang serangan? Para investigator telah menemukan bahwa sebuah bank investasi bernama Alex Brown Inc. membeli banyak put option pada saham United Airlines. Alex Brown Inc. adalah bank investasi tertua di Amerika. Yang mengejutkan adalah bahwa A. B. “Buzzy” Krongard, Direktur Eksekutif CIA, merupakan mantan Chairman Alex Brown Inc.[898] Krongard, membuat beberapa pernyataan dalam artikel Washington Post baru-baru ini. Ia menyatakan bahwa jika kita menelusuri asal-usul CIA selama Perang Dunia II saat berbentuk Office of Strategic Services (OSS), “OSS sebenarnya tak lain berisi para bankir dan pengacara Wll Street.”[899]


Orang-orang dalam yang membeli put option pada saham Morgan Stanley Dean Witter & Co. dan Merrill Lynch & Co. berpikir bahwa mereka bertaruh pada hal yang pasti. Bagaimana mereka bisa yakin bahwa kedua menara WTC akan dihancurkan oleh pesawat dan dapat menghancurkan kantor Morgan Stanley Dean Witter & Co. dan Merrill Lynch & Co.? Selalu ada kemungkinan bahwa pesawat itu akan menabrak menara namun tidak membakar area yang ditempati Morgan Stanley Dean Witter & Co. atau Merrill Lynch & Co. Belum tentu dua pesawat (sebagaimana dugaan banyak orang) mampu membuat kerusakan berarti sehingga menyebabkan keruntuhan kedua menara. Kenyataannya, mustahil kedua menara itu roboh karena panas yang diakibatkan oleh bahan bakar jet yang menyala seperti diduga oleh pemerintah dan media besar. Transaksi besar put option itu menyiratkan bahwa mereka memandang keruntuhan menara WTC sebagai sesuatu yang pasti. Bagaimana mereka bisa begitu yakin bahwa menara WTC dapat roboh padahal arsitek WTC merancang menara itu untuk bertahan terhadap hantaman semacam ini?

Orang-orang di balik konspirasi ini sangat teliti dalam menutupi berbagai hal sehingga Bush dan Cheney telah melobi Kongres untuk tak terlalu menyelidiki penyebab tragedi 9-11. Alasan yang dikemukakan Bush dalam upaya lobi tersebut adalah bahwa investigasi penuh akan “menarik sumber daya dan personel dari usaha memerangi terorisme”.[900] Upaya lobi mereka kenyataannya merupakan upaya transparan untuk mengajak Kongres bersama-sama menutupi peristiwa itu.

Kongres tampaknya bersedia menerima permintaan Bush. Pimpinan Mayoritas Senat, Tom Daschle, telah berjanji bahwa ia akan “membatasi ruang lingkup dan tinjauan keseluruhan peristiwa”.[901] Maksud Daschle adalah bahwa dirinya akan memastikan mereka takkan pernah mengetahui sebab peristiwa tersebut. Anggota Kongres, Porter Goss, dan Senator Bob Graham, yang masing-masing mengepalai komisi intelijen di Kongres, keduanya menjamin pada Presiden bahwa investigasi Kongres yang akan dimulai Februari 2002 hanya penyelidikan biasa. Mereka hanya akan menyelidiki unsur peristiwa yang mengangkat reformasi pemerintahan. Pertanyaannya menjadi, bagaimana mereka dapat memutuskan reformasi yang dibutuhkan tanpa memahami apa yang salah? Jawaban yang pasti adalah mereka tak berniat mencari tahu apa yang salah, karena mereka khawatir peristiwa akan terbuka sebab mereka juga terlibat di dalamnya. Pada dasarnya, Bush, Cheney, dan Pimpinan Kongres, telah sepakat untuk menutupinya.

Apa bukti bahwa Kongres dan Preisden berusaha bersembunyi dari rakyat Amerika? Sebagai permulaan, 6 minggu sebelum kehancuran WTC, David Schippers, pimpinan dewan investigasi impeachment terhadap Clinton, mengetahui dari para agen FBI di Minnesota dan Chicago bahwa serangan besar telah direncanakan terhadap Manhattan. Schippers berupaya memperingatkan Jaksa Agung John Ashcroft. Pegawai Departemen Kehakiman menolak upaya Schippers untuk meneruskan informasi tersebut pada Ashcroft.[902] Alasan Schippers berusaha memperingatkan langsung Ashcroft adalah bahwa agen FBI tadi, yang ia wakili, merasa frustasi dengan minimnya tindakan yang diambil oleh FBI dan Departemen Kehakiman setelah mereka menyampaikan melalui rantai komando untuk mencoba menghentikan ancaman tersebut.

Serangan terencana itu telah diketahui FBI. Seperti diterangkan oleh para agen FBI, tingkat pengetahuan FBI terbukti oleh fakta bahwa “selama 24 jam [serangan WTC], dinas intelijen tersebut telah mengidentifikasi sekitar 20 orang, dan foto-fotonya telah disebar ke media massa. Informasi ini sudah termuat dalam laporan dan seseorang memeriksanya.”[903]

Salah seorang konspirator teroris telah ditahan sebelum serangan 11 September. Zacarias Mousaui ditangkap pada 16 Agustus 2001 oleh FBI setelah ia berupaya menerima pelatihan penerbangan Boeing 747 jumbo jet. Mousaui bukan pentolan utama dalam teror ini. Ia mengklaim berasal dari Prancis, tapi ketika instruktur penerbangan berbicara bahasa Prancis padanya, ia tidak memahaminya. Ia berdiskusi dengan instruktur penerbangan mengenai jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh Boeing 747 dan seberapa besar kerusakan yang terjadi jika pesawat tersebut menghantam sesuatu. Mousaui tidak peduli dengan pelajaran take off maupun mendaratkan pesawat, ia hanya ingin belajar mengendalikan pesawat. Sudah jelas bagi para pegawai sekolah penerbangan itu bahwa Mousaui mungkin adalah pembajak sehingga mereka memanggil FBI, yang kemudian mengangkapnya.

Saat Pan Am International Flight Academy mengajukan pertanyaan dengan FAA terhadap seorang konspirator lainnya, Hani Hanjour, yang tak mampu berbahasa Inggris, bahasa penerbangan internasional, seorang wakil FAA duduk di kelas dan mengamati Hanjour lalu berdiskusi dengan sekolah tersebut untuk mencari guru bahasa Inggris guna mengajarinya. Hanjour dituduh menabrakkan American Airlines Flight 77 ke Pentagon. Tuduhan bahwa Hanjour mengendalikan Flight 77 mungkin hanya selubung untuk menutupi peristiwa yang sesungguhnya. Ia mungkin hanya boneka. Terdapat beberapa kontroversi apakah objek yang menghantam Pentagon adalah Flight 77. Sebagai tambahan, foto-foto dan video-video mengenai pesawat kedua yang menghantam Menara Selatan WTC mengindikasikan bahwa pesawat tersebut bukan Boeing 747 yang dilengkapi peralatan konsvensional. Boeing 767 konvensional memiliki program failsafe computer yang diprogram untuk mencegah pilot membuat belokan sangat tajam “G” yang bisa melukai penumpang yang tua dan lemah. Belokan tajam yang dilakukan oleh Boeing 767 sebelum menghantam menara selatan tidak mungkin dilakukan oleh seorang pilot yang mengendalikan pesawat Boeing 767.

Para saksi mata melaporkan bahwa mereka melihat 3 kelompok terpisah di 3 lokasi berbeda yang bergembira ketika menyaksikan serangan terhadap WTC. Satu kelompok tersebut terlihat merayakannya di Union City. Saksi mata melaporkan plat mobil mereka ke polisi, yang kemudian menangkap mereka. Para saksi mata juga melihat 3 orang di Liberty State Park, Jersey City, yang sedang merekam serangan tersebut. Setelah serangan, orang-orang tersebut terlihat bergembira dan meloncat-loncat. Beberapa jam setelah serangan, mereka ditangkap dan ditahan polisi. Sumber dekat dalam investigasi menyatakan bahwa tampaknya orang-orang tersebut terlibat dalam serangan dan telah mengetahui sebelumnya apa yang akan terjadi.

Saksi mata juga melihat 5 orang yang merekam langit New York yang sedang berasap. Orang-orang itu terlihat sangat senang dengan tontonan menara yang terbakar. Seorang tetangga menyaksikan orang-orang itu berteriak senang dan mengejek. Mereka semua mengetahui sebelumnya mengenai serangan tersebut dan bersiap merekamnya sebelum pesawat pertama menghantam WTC. Salah satu pesan “be on lookout” (BOLO) dari FBI adalah: “3 orang berkendaraan van terlihat bergembira setelah hantaman pertama dan ledakan berikutnya. FBI Newark Field Office meminta, jika van tersebut ditemukan, foto dan tahan orang-orangnya.”[904] Pesan BOLO lainnya adalah: “Beberapa kendaraan mungkin terkait dengan serangan teroris di New York. Van Chevrolet 2000 berwarna putih dengan registrasi New Jersey, memiliki logo ‘Urban Moving Systems’ di bagian belakangnya, terlihat berada di Liberty State Park, Jersey City, NJ, saat hantaman pertama terhadap WTC.”[905]

Delapan jam kemudian, orang-orang itu ditangkap dan diketahui memiliki peta dan bukti lainnya yang menghubungkan mereka dengan serangan tersebut. Salah satu tersangka memiliki uang tunai sebesar $4.700 yang disembunyikan dalam kaus kakinya. Tersangka lainnya membawa 2 paspor luar negeri. Seperti dilaporkan oleh ABC News:

Mungkin kejutan terbesar bagi para petugas polisi muncul ketika 5 orang yang memperkenalkan diri sebagai warga Israel. Menurut laporan polisi, salah satu tersangka mengatakan pada petugas bahwa mereka berada di West Side Highway, Manhattan, “saat kejadian” – maksudnya serangan WTC.[906]


ABC News melaporkan bahwa supir van tersebut berkata pada petugas: “Kami orang Israel. Kami bukan masalah Anda. Masalah Anda adalah masalah kami. Orang Palestina-lah yang menjadi masalah.”[907] ABC News juga melaporkan bahwa: “FBI juga menanyai pemilik Urban Moving. Pengacaranya bersikeras bahwa kliennya itu telah menjawab semua pertanyaan FBI. Tapi ketika agen FBI mencoba mewawancarainya kembali beberapa hari kemudian, ia sudah menghilang.”[908] Sang pemilik telah mengosongkan rumahnya di New Jersey dan segera terbang dengan keluarganya, pulang ke Israel.[909] Tiga bulan kemudian, program ABC News 20/20 memotret bagian dalam Urban Moving. “tempat itu terlihat seolah-seolah seperti usaha yang ditutup secara tergesa-gesa. Telepon seluler tergeletak dimana-mana; telepon kantor masih terhubung; dan barang-barang milik para klien masih berada di gudang.”[910]

Cukup mencurigakan bahwa semua orang tersebut merupakan orang Israel yang terkait dengan perusahaan milik orang Israel pindahan dari New York dan New Jersey.[911] Senapan asli yang ditemukan adalah fakta bahwa semua warga Israel tersebut merupakan agen Mossad, dan perusahaan pindahan dimana mereka bekerja adalah kedok operasi Mossad.[912]


Indikasi kekuasaan dan kendali Israel terhadap pemerintah AS adalah fakta bahwa semua agen Mossad Israel tersebut—yang terlihat bergembira atas pembunuhan besar-besaran dalam kehancuran menara kembar WTC—dideportasi ke Israel. Padahal, AS tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Israel, jadi penjahat yang dideportasi itu takkan pernah dibawa ke pengadilan. Pemerintah AS tidak bergerak berdasarkan peraturan legal untuk mendeportasi agen Mossad. Kenyataannya, AS sekarang menahan banyak tersangka untuk jangka waktu tak terbatas tanpa mengajukan tuntutan terhadap mereka dan tidak membolehkan mereka mendapatkan penasehat hukum, karena mereka dianggap sebagai pihak musuh. Tidak mengherankan jika tak satu pun dari pihak musuh tersebut yang berasal dari kalangan Yahudi.

Bukti keterlibatan orang Israel dalam serangan 9-11 tidak berhenti sampai di situ. Sebuah memo Federal Aviation Administration (FAA), bertanggal 11 September 2001, muncul ke permukaan, yang menghadirkan detail spesifik tentang penembakan di dalam American Airlines Flight 11 bajakan yang berangkat dari Bandara Logan di Boston dan menghantam Menara Utara WTC pada 11 September. Memo FAA itu dalam bagian yang bersangkutan menyatakan: “Inspektur Kepala Keamanan (PSI) FAA di American Airlines diberitahu oleh Suzanne Clark dari American Airlines Corporate Headquarters, bahwa pramugari sebuah penerbangan menghubungi American Airlines Operations Center lalu menginformasikan bahwa seorang penumpang bernomor kursi 10B menembak mati penumpang bernomor kursi 9B… Penumpang yang terbunuh bernama Daniel Lewin, ditembak oleh penumpang bernama Satam Al Suqami. Sebuah peluru dilaporkan telah ditembakkan.”[913] Yehuda Schwartzberg, teman masa kecil Lewin dari Yerusalem, mengungkapkan bahwa “Danny (Daniel) adalah perwira dalam unit rahasia tentara Israel bernama ‘Sayeret Matkal’”.[914] Ini sungguh aneh! FAA sudah mencoba menjelaskan bahwa informasi dalam memo tersebut keliru. Namun, Steve Elson, mantan inspektur FAA untuk keamanan bandara, mengatakan pada World Net Daily bahwa ia sendiri mengetahui penulis memo tersebut, dan ia mempercayai kebenaran memo tersebut meski FAA mengklaimnya keliru. Ia menyatakan bahwa memo tersebut diserahkan ke Administrator FAA, Jane Garvey. Elson menjelaskan bahwa di samping pengetahuan pribadinya tentang kompetensi dan kejujuran penulis memo, “kerincian kata-kata – nomor kursi penumpang, siapa yang menembak siapa, dan penembakan satu peluru – sehingga kekeliruan menjadi tak mungkin.”[915] Pikirkan hal itu, seorang pramugari penerbangan memberikan informasi detail dengan mengidentifikasi nama korban, penembak, dan dimana mereka duduk. Ini menunjukkan bahwa pramugari tersebut sedang memberitahu apa yang terjadi dimana ia adalah saksi mata, itu bukan imajinasinya.

Sebagaimana akan dijelaskan di bawah, buktinya jelas bahwa tak ada pesawat yang menghantam menara kembar, Pentagon, atau jatuh di Pennsylvania. Namun tidak jelas bagaimana skenario senapan berhubungan dengan peristiwa lainnya yang terjadi pada 9-11. Namun satu hal yang pasti, jika terdapat senjata dalam salah satu penerbangan dampaknya akan sangat signifikan. Ingat, serangan 9-11 telah direncanakan dan dimainkan dengan sangat hati-hati. Pembajak yang diduga membawa senjata tentu harus melewati detektor logam. Rencana ini membutuhkan bantuan dari petugas keamanan bandara. Bantuan petugas keamanan bandara telah menjadi bagian integral dalam rencana. Itulah mengapa FAA dan media besar sangat berupaya menutupi fakta bahwa salah satu pembajak membawa senjata. FAA dan media tidak menginginkan adanya keterkaitan antara pembajak dan perusahaan keamanan di bandara. Karena, jika terdapat hubungan, akan melibatkan Israel. Jika skenario pembajakan adalah kedok, tidak jelas mengapa para konspirator membiarkan cerita penembakan muncul ke permukaan. Itu mungkin karena perencanaan yang buruk dimana tangan kanan konspirator tidak tahu apa yang dilakukan oleh tangan kiri. Cerita tentang pembajak bersenjata dibiarkan mengambang tanpa menyadari implikasinya.

Keamanan di bandara Logan, Boston, pada 11 September 2001 dijaga oleh ICTS, melalui anak perusahaannya Huntleigh USA Corp.[916] Bandara Logan merupakan titik keberangkatan American Airlines Flight 11, yang dianggap menghantam menara Utara WTC, dan United Airlines flight 175, yang dianggap menghantam Menara Selatan WTC. Situs ICTS mengungkapkan bahwa ICTS menyediakan jasa keamanan untuk bandara Dulles Washington, yang merupakan titik keberangkatan American Airlines flight 77, yang diduga menghantam Pentagon. Situs ICTS juga mengungkapkan bahwa ICTS menyediakan jasa kemananan untuk Bandara Internasional Newark, yang merupakan titik keberangkatan United Airlines Flight 93, yang merupakan pesawat keempat yang dibajak pada 11 September 2001 dan jatuh di Somerset County Pennsylvania, tenggara Pittburgh. Menariknya, ICTS juga menyediakan jasa keamanan untuk bandara di Moscow, St. Petersburg, dan kota-kota blok komunis lainnya di Eropa Timur.[917] Pada tahun 2002, Kongres AS memberi Huntleigh perlindungan federal dari tuntutan sipil atas perilakunya pada 11 September 2001.[918] Para konspirator kuat di balik 9-11 takkan membiarkan perusahaannya mengalami proses penyelidikan karena tuntutan hukum atau membiarkan pegawainya diperiksa di bawah sumpah.

Apa pentingnya ICTS? ICTS adalah perusahaan keamanan Israel yang dimiliki Ezra Harel dan terdaftar di Belanda. ICTS didirikan oleh Menahem J. Atzmon, yang menjalankan perusahaan tersebut pada 11 September 2001.[919] Atzmon terlibat dalam skandal penggelembungan dana Partai Likud tahun 1996 bersama rekan hartawannya, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert. Olmert dan Atzmon dituntut, tapi hanya Atzmon yang dikenai hukuman penggelapan.[920] Menurut situs ICTS, “ICTS (International Consultants on Targeted Security) didirikan tahun 1982 oleh sekelompok pengusaha, mantan perwira militer, veteran intelijen pemerintah, dan dinas keamanan Israel, sebagai perusahaan pribadi yang didedikasikan untuk menyediakan jasa keamanan.”[921] Banyak anggota ICTS merupakan bekas perwira Shin Bet. Shin Bet adalah dinas keamanan internal dan kontra-intelijen Israel. Richard Reid, pria Inggris yang dicurigai mencoba menyalakan bahan peledak di sepatunya dalam penerbangan menuju AS pada Desember 2001, terbang dari bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel, menuju bandara De Gaul, Paris, dimana ia naik penerbangan menuju AS. Selama penerbangan menuju AS ia ditahan karena mencoba menyalakan bahan peledak di sepatunya. ICTS bertanggung jawab atas keamanan bandara De Gaul, Paris, dan menyuplai software profil pembajak untuk pemerintah Israel yang digunakan di bandara Ben Gurion, Tel Aviv, Israel.

Jadi gambarannya semakin jelas, orang yang naik penerbangan American Airlines Flight 11 di bandara Logan, Boston, mendapat bantuan keamanan ICTS. Jika faktanya terdapat senjata yang dibawa dalam pesawat, itu takkan terjadi tanpa bantuan atau setidaknya kelalaian dari ICTS. Karena tujuan utama keamanan di bandara adalah menemukan senjata, terutama senapan, rasanya cukup adil untuk mengesampingkan kelalaian. Mengherankan jika kedua pesawat yang diduga menghantam Menara WTC berasal dari bandara Logan. ICTS juga menyediakan jasa keamanan untuk bandara dua pesawat lainnya yang dibajak pada 11 September 2001. Fakta bahwa ICTS, menurut pengakuannya sendiri, terdiri dari “sekelompok pengusaha, mantan perwira militer, veteran intelijen pemerintah, dan dinas keamanan Israel,”[922] semakin menjadi bukti yang menunjuk Israel sebagai penjahat di balik serangan 11 September.

Seperti yang akan kita lihat, sebuah penembakan dalam salah satu pesawat itu sangat sulit untuk dijelaskan, terutama karena penembakan semacam itu terlihat tak bermanfaat untuk kesuksesan serangan 9-11. Karena, bukti-bukti jelas menunjukkan fakta bahwa tak ada pesawat yang digunakan untuk menyerang Menara Kembar WTC pada 11 September.

footnote
[869].William Jasper, Islamic Extremists: U.S. – Financed, Enflamed, Seeking Revenge, The New American, October 12, 1998.
[870].William Jasper, Islamic Extremists: U.S. Financed, Enflamed, Seeking Revenge, The New American, October 12, 1998.
[871].William Norman Grigg, Enemies and “Assets,” The New American, March 3, 1997.
[872].William Norman Grigg, Enemies and “Assets,” The New American, March 3, 1997.
[873].United States v. Rahman, 189 F.3d 88, 106-07 (2d Cir. 1999).
[874].United States v. Rahman, 189 F.3d 88, 107 (2d Cir. 1999).
[875].Id. at 107.
[876].18 U.S.C. § 2384.
[877].See United States v. Rahman, 189 F.3d 88 (2d Cir. 1999).
[878].FBI’s Tipster Said He Built the N.Y. Bomb, Chicago Tribune, December 15, 1993.
[879].Russell Ben-Ali, Unlikely Friends, Newsday, June 16, 1993.
[880].Gebe Martinez, Law Officers Tread Carefully into Bombing Suspect’s Past, Los Angeles Times, March 7, 1993.
[881].Russel Ben-Ali, The Bombing Suspects: Third in a Series, Newsday, June 17, 1993.
[882].http://www.guardian.co.uk/waronterror/story/0,1361,584444,00.html
(current as of March 2, 2002).
[883].Lawrence Patterson, Bin Laden Rescued By Chinese Military, Criminal Politics, at 1, January 2002. 517
[884].Lawrence Patterson, Bin Laden Rescued By Chinese Military, Criminal Politics, at 1, January 2002.
[885].Lawrence Patterson, Bin Laden Rescued By Chinese Military, Criminal Politics, at 2, January 2002.
[886].William Jasper, Terrorism’s True Roots, The New American, at 12, December 3, 2001.
[887].http://news.telegraph.co.uk/news/main.jhtml?xml=%2Fnews%2F2001%2F11%2F04%2Fwc
hin04.xml (current as of March 3, 2002).
[888].http://news.telegraph.co.uk/news/main.jhtml?xml=%2Fnews%2F2001%2F11%2F04%2Fwc
hin04.xml (current as of March 3, 2002).
[889].William Norman Grigg, Did We Know What Was Coming, The New American, at 10,12, March 11, 2002.
[890].http://www.emperors-clothes.com/indict/indict-3.htm#4
(current as of March 4, 2002).
[891].http://www.davidicke.com/icke/articles3/bushlies.html
(current as of March 4, 2002).
[892].http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/12/20011204-17.html
(current as of March 4, 2002).
[893].Alex Jones Interviews Stanley Hilton, September 13, 2004,
http://farshores.proboards6.com/index.cgi?board=conspiracy&action=display&num=109569628
4 (web address current as of April 21, 2005).
[894].Alex Jones Interviews Stanley Hilton, September 13, 2004,
http://farshores.proboards6.com/index.cgi?board=conspiracy&action=display&num=109569628
4 (web address current as of April 21, 2005).
[895].Alex Jones Interviews Stanley Hilton, September 13, 2004,
http://farshores.proboards6.com/index.cgi?board=conspiracy&action=display&num=109569628
4 (web address current as of April 21, 2005).
[896].Press Briefing by National Security Advisor Dr. Condoleezza Rice, May 16, 2002, http://www.whitehouse.gov/news/releases/2002/05/20020516-13.html
(web address current as of April 21, 2005).
[897].Jim Marrs, INSIDE JOB, p. 87.
[898].Michael C. Ruppert, Suppressed Details of Criminal Insider Trading Leads Directly Into the CIA’s Highest Ranks, http://globalresearch.ca/articles/RUP110A.html
(current as of October 26, 2001). 518
[899].Some Got Rich Off Tragedy, American Free Press,
http://www.americanfreepress.net/10_22_01/Some_Got_rich_off_Tragedy/some_got_rich_off_tr
agedy.html (current as of October 26, 2001).
[900].William Norman Grigg, Did We Know What Was Coming, The New American, at 10,14, March 11, 2002.
[901].William Norman Grigg, Did We Know What Was Coming, The New American, at 10,14, March 11, 2002.
[902].William Norman Grigg, Did We Know What Was Coming, The New American, at 10,11, March 11, 2002.
[903].William Norman Grigg, Did We Know What Was Coming, The New American, at 10,11, March 11, 2002.
[904].Albert D Pastore, Stranger Than Fiction,
http://www.whatreallyhappened.com/NEWSTF/stfch2.htm
(website address current as of March 28, 2003). [905].Albert D Pastore, Stranger Than Fiction,
http://www.whatreallyhappened.com/NEWSTF/stfch2.htm
(website address current as of March 28, 2003). [906].ABC News, The White Van, Were Israelis Detained on 9-11 Spies?,
http://abcnews.go.com/sections/2020/DailyNews/2020_whitevan_020621.html
(web address current as of October 9, 2003). [907].ABC News, The White Van, Were Israelis Detained on 9-11 Spies?,
http://abcnews.go.com/sections/2020/DailyNews/2020_whitevan_020621.html
(web address current as of October 9, 2003). [908].ABC News, The White Van, Were Israelis Detained on 9-11 Spies?,
http://abcnews.go.com/sections/2020/DailyNews/2020_whitevan_020621.html
(web address current as of October 9, 2003). [909].ABC News, The White Van, Were Israelis Detained on 9-11 Spies?,
http://abcnews.go.com/sections/2020/DailyNews/2020_whitevan_020621.html
(web address current as of October 9, 2003).
[910].ABC News, The White Van, Were Israelis Detained on 9-11 Spies?,
http://abcnews.go.com/sections/2020/DailyNews/2020_whitevan_020621.html
(web address current as of October 9, 2003).
[911].Christopher Bollyn, Suspected Israeli Agents Held By the FBI, American Free Press, October 1, 2001, http://worldcrossing.com/WebX?14@66.rj5EbyFu6NC
^0@.eee90b0 (current as of 519 October 5, 2001).
[912].Five Israelis Witness 9-11 Events and Celebrate Joyously, Criminal Politics, p. 20, March 2002.
[913].Paul Sperry, Hijacker Shot Passenger on Flight 11, World Net Daily, February 27, 2002, http://www.worldnetdaily.com/news/article.asp?ARTICLE_ID=26626
(web page current as of May 11, 2002).
[914].Paul Sperry, Friends Think Flight 11 Israeli Was Executed, Word Net Daily,
http://www.worldnetdaily.com/news/article.asp?ARTICLE_ID=26676
(web address current as of June 20, 2004.
[915].Paul Sperry, FAA Covering up 9-11 Gun, Whistleblower Agent Says,
http://www.worldnetdaily.com/news/article.asp?ARTICLE_ID=26641
(web page current as of May 9, 2002).
[916].http://www.icts-int.com/
# (website current as of May 9, 2002). See also, All the 9-11 Airports Serviced By One Israeli Company, http://www.whatreallyhappened.com/ICTS.html

(website current as of May 9, 2002). [917].http://www.icts-int.com/
# (website current as of May 9, 2002).
[918].Christopher Bollyn, The Israeli Prime Minister’s Connection to 9/11,
http://www.bollyn.com/index/?id=10733
(December 22, 2006).
[919].Christopher Bollyn, The Israeli Prime Minister’s Connection to 9/11,
http://www.bollyn.com/index/?id=10733
(December 22, 2006).
[920].Id.
[921].http://www.icts-int.com/
# (website current as of May 9, 2002). [922].http://www.icts-int.com/
# (website current as of May 9, 2002).

Sumber : http://unseenhands.wordpress.com/2009/01/15/di-balik-serangan-9-11-bag-1/

Original Source : Antichrist Conspiracy: Inside the Devil’s Lair Copyright ©1999, 2008 by Edward Hendrie www.antichristconspiracy.com

dipost di Group MSS pada tanggal  11 September 2011 at 12:39pm (mss/a7)
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Tips and TricksLatest Tips And TricksBlogger Tricks