Thursday, September 6, 2012

Talmud, Sejarah dan Periode Kepenulisan

Talmud.JPG
Talmud merupakan kitab suci kaum Yahudi terpenting. Keutamaan Talmud bahkan mengatasi kitab Perjanjian Lama yang biasa disebut Taurat. Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi, prinsip, serta arahan bagi perumusan kebijakan negara dan pemerintah Israel. Dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada umumnya.

Sebagaimana Al-Qur’an dan Alkitab, sejarah penulisan Talmud memakan waktu yang lama. Pada awalnya penyebaran ayat-ayat Talmud hanyalah secara lisan saja. Talmud yang bermakna pengajaran atau ajaran merupakan hasil kerja dari beberapa penganut mazhab Yahudi yang berisi mengenai tingkah laku. Para ahli itu menyatakan bahwa mereka memberi ‘pagar’ pada Taurat Musa agar ditaati dengan baik.
talmud-1.jpg
Sebenarnya Talmud adalah karya dari beberapa angkatan. Karena waktu untuk menyiapkannya lama, bahan-bahan itu disampaikan oleh guru secara lisan, lalu dihafalkan oleh para murid. Didalam karya tersebut ada diskusi-diskusi, keterangan-keterangan, tafsir, serta penerapan contoh yang diberikan oleh ahli-ahli dari zaman dan terus bertambah. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa pada umumnya isi Talmud bercorak kasusistik. Didalamnya ditetapkan hal-hal yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Atau perbuatan halal haram. Talmud itu agak mirip dengan hadis Islam yang menguraikan ilmu Fikih. Namun, sumber isi Talmud tidak merujuk kepada Nabi Musa, seperti halnya isi hadis Islam yang semua sumbernya merujuk kepada Nabi Muhammad S.A.W. Di dalam Talmud terdapat banyak pendapat yang pernah dikemukakan oleh para ahli terkenal dengan merujuk pada kitab suci. 
Setelah manuskrip-manuskrip tradisional itu dikumpulkan dan dicatat beberapa kali, hanya dua edisi terakhir yang terpelihara dan berpengaruh hingga sekarang. Kedua edisi itu adalah hasil kerja keras dua pusat perundang-undangan Yahudi. Naskah pertama berada di Jerussalem yang menghasilkan Talmud Yerushalmi (Talmud Yerussalem) memuat tradisi dari Jerussalem. Sementara naskah kedua berada di Mesopotamia yang menghasilkan Talmud Bivli (Talmud Babylonia) berisi tradisi dari Mesopotamia. Anehnya di dalam tiga buku tulisan Flavius Josephus (sejarawan Romawi berdarah Yahudi) yang ditulis pada awal abad pertama Masehi, tidak ada satupun yang menyebut tentang Talmud. Data tersebut menguatkan pendapat bahwa tradisi penulisan Talmud dimulai jauh setelah zaman pemberontakan itu terjadi. Talmud berisi diskusi-diskusi para rabi Yahudi tentang hukum, etika atau perilaku, tradisi, dan sejarah Yahudi. Talmud terdiri dari dua bagian, yaitu Mishnah dan Gemara.

Mishnah adalah kelompok hukum tak tertulis atau lisan bangsa Yahudi, khususnya dikalangan mazhab Farisi. Bagian ini menjadi bahan perdebatan sepanjang tahun 70-200 M oleh kelompok rabi Yahudi yang disebut ‘tannaim’ (tanakh). Tanakh adalah rabi yang bertugas sebagai guru, pembuat hukum, dan penghubung dengan Kekaisaran Roma pada zaman 70 -200 M. Sama halnya dengan sebutan ‘tannaim’ untuk kelompok tanakh, zaman mereka hidup disebut juga ‘Zaman Tannaim’
Gemara adalah naskah Mishnah yang direvisi, disajikan dari bahasa lisan ke dalam bahasa Aramic (bahasa penulisan Injil Kuno), ditinjau dalam bahasa Ibrani, dan disamarkan sebagai amandemen Mishnah.

PERIODE TALMUD
Neusner dalam The Way of Torah: An Introduction to Yahudi mengurutkan periode pencapaian bangsa Yahudi sebagai berikut:

•Sekitar tahun 80-110 M.
Gamaliel mengepalai sebuah akademi di Javneh,
Kanonisasi terakhir kitab-kitab suci Ibrani,
Pengumuman Tata Tertib Peribadatan oleh para rabi.
Flavius Jospehus menulis tiga buku, yang didalamnya tidak satu kata pun tentang ‘Talmud’, ‘Mishnah’, dan ‘Gemara’.*

•Tahun 90-95 M.
Pembentukan Dewan Gereja Yavne atau Dewan Gereja Yamnia. Salah satu keputusan dari Dewan Gereja ini adalah penolakan Naskah Perjanjian Lama berbahasa Yunani atau disebut Septuaginta (LXX).*

•Tahun 120 M.
Akibat memimpin gerakan Rabinis.

•Tahun 132-135 M.
Bar Kokhba memimpin perang Mesianis melawan Roma,
Palestina sebelah selatan hancur.

•Sekitar tahun 220 M.
Akademi Babel didirikan di Sura oleh rabi.

•Sekitar tahun 250 M.
Pakta antara bangsa Yahudi dan Raja Persia, Syapur I; bangsa Yahudi harus mengindahkan hukum negara; bangsa Persia harus mengizinkan bangsa Yahudi untuk memerintah diri mereka sendiri, hidup sesuai dengan agama mereka sendiri.

•Sekitar tahun 300 M.
Penutupan Tasefta, kelompok material suplemen dalam tafsir dan penjelasan Mishnah,
Mazhab Pumbedita yang dipimpin Abbaye, kemudian Raba membuat dasar-dasar Talmud Babel.

•Sekitar tahun 400 M.
Talmud dari Israel disempurnakan atas tanggapan sistematis tentang empat dari enam bagian Mishnah, khususnya Pertanian, Musim, Perempuan, dan Kerusakan (bagian yang dibuang: Hal-Hal Yang Suci dan Penyucian),
Rabi Asi mulai membentuk Talmud Babel yang baru selesai pada tahun 600 M.

•Tahun 630-640 M.
Penaklukan Muslim terhadap Timur Tengah.

•Sekitar tahun 700 M.
Saboraim merampungkan pengeditan terakhir Talmud Babel atas sebuah tanggapan sistematis tentang empat dari enam bagian Mishnah (dikecualikan: Pertanian dan Penyucian)

Periode tersebut menunjukkan bahwa kehilangan kekuatan politik secara total memaksa orang Yahudi memulai suatu era aktivitas sastra. Mereka mendirikan banyak akademi yang mencapai puncaknya dalam pengumpulan Mishnah, Talmud Jerussalem, dan Talmud Babel. Sebenarnya Talmud Babel mendapat bentuk akhirnya pada zaman pembebasan Irak oleh tentara Islam pada sekitar tahun 700 M atau mungkin sesudah itu. Penulisan teks Talmud semakin matang dengan pengaruh kuat perkembangan penulisan fikih Islam yang sudah mengakar di Irak selama enam dekade sebelumnya.
talmud babylonia.jpg
Talmud Babilonia
Ada dua Talmud yang berhasil dikumpulkan, yaitu Talmud Jerussalem dan Talmud Babylonia, yang mendapat kedudukan lebih tinggi. Namun sebenarnya ketetapan yang pasti masih diperdebatkan. Contohnya Talmud Babylonia yang mempunyai empat tahun penulisan yang berbeda yang harus diputuskan, yaitu tahun 400, 500, 600, dan 700 M. Artinya tidak ada kepastian dan bukti meskipun tahun yang diberikan oleh Neuser tidak salah karena suntingan akhir diselesaikan pada zaman peradaban Islam di Irak dengan bantuan sarjana fikih. 
Hakekatnya, tanggapan dan penjelasan tentang Mishnah ini terjadi secara terus-menerus dan berkelanjutan. Naskah ini merupakan sebuah proyek penulisan Talmud yang terus berjalan yang bahkan pada abad ke-13 M, penulisan ini masih belum berhenti. Dalam hal ini, peradaban Islam berperan dominan dalam membantu meningkatkan upaya bangsa Yahudi ini.

Max I Dimon mencatat kekhawatiran para Rabi Yahudi saat terjadi pergolakan pada abad ke-5 hingga 7 Masehi, yaitu perang antara kaum Muslim dan Persia-Roma terjadi. Pergolakan ini membawa pengaruh terhadap hilangnya tradisi lisan Yahudi. Awalnya para rabi Yahudi saat itu mengizinkan penulis untuk mencatat bagian-bagian Mishnah dan Gemara. Usaha-usaha ini ditugaskan kepada para pelajar yang dikenal sebagai Saboraim. Mereka adalah golongan yang memahami bahasa Ibrani dan Aramic. Teks hasil kompilasi dari orang-orang tersebut kemudian disebut dengan Talmud. Tugas ini memakan waktu hingga 200 tahun bahkan lebih.

Dari keterangan tersebut, diketahui bahwa penulisan Talmud dimulai setelah terjadinya perluasan kekuasaan Islam sehinggan gaya penulisan Talmud terinspirasi oleh sistem fikih agama Islam. Hal itu merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan. Artinya pencerahan yang dibawa oleh orang Islam mempengaruhi pencerahan bangsa Yahudi. Jadi tidak logis jika para Orientalis menuduh Al-Qur’an menjiplak kitab-kitab sebelumnya.

Dari cara penyusunan kaidah-kaidahnya, terlihat bahwa penyusunan bentuk akhir Talmud oleh Rabi Yahudi diilhami metode penyusunan fikih Islam. Di dalam Talmud ada bab tentang Tohoroth (Bersuci), Nashim (Kewanitaan), Sabbath (Peribadatan Hari Sabtu), Kodashim (Ritual Hewan Kurban), Nazikim (Kehancuran), dan lain-lain. Hanya saja di dalam Talmud tidak diberikan kaidah-kidah untuk mengeluarkan suatu hukum. Akibatnya banyak ayat Talmud yang bertentangan dengan sumber asli, yaitu Kitab Taurat dan kitab para nabi Bani Israil. Hal ini pernah dikritik oleh Nabi Isa A.S. ribuan tahun yang lalu.

Bentuk akhir Talmud Babylonia terbentuk pada masa setelah Islam berkuasa di Irak (sekitar tahun 700 M), atau mungkin sebelum itu terjadi. Talmud Babylonia matang dibawah pengaruh kuat fikih Islam yang sudah berakar di Irak selama enam dekade. Berkaitan dengan metode fikih Islam ini, muncul inspirasi bagi beberapa rabi Yahudi untuk menyusun kitab fikih Yahudi seperti itu pula. Para Rabi Yahudi melihat bahwa keteguhan orang Islam pada agamanya disebabkan oleh teks-teks Al-Qur’an, hadis, dan fikih yang tersusun rapi dan terpercaya. Ketika itu kaidah penyusunan seperti teks-teks Islam belum dimiliki oleh bangsa Yahudi. Kemudian Talmud Babylonia pun disusun, yang salah satu isinya adalah traktate atau risalah aturan tentang ibadah pada hari Sabat.
bush_with_talmud.jpg
Bush dan Talmud
Kolonel E.N. Sanctuary dari Dinas Intelijen Militer Amerika Serikat pernah mempelajari Talmud. Ia menerbitkan sebuah ringkasan dalam bentuk buku dengan judul The Talmud Unmasked. Di dalam tulisannya itu ia menuliskan pada halaman 22 sebagai berikut:

“Cetakan pertama Talmud versi lengkap diterbitkan di Venezia pada tahun 1520. Dan, dalam sebuah Muktamar Gereja di Polandia pada tahun 1613, para rabi dari Jerman mengumumkan bahwa tidak boleh menerbitkan apa pun yang bisa menyakiti hati kaum Kristiani dan menyebabkan tuduhan terhadap Israel. Namun demikian Talmud diterbitkan di Belanda pada tahun 1644-1648.”

H. Danby, penerjemah The Mishnah memberi tanggapannya pada “Pendahuluan” , halaman xxviii-xxix sebagai berikut:

“Selama beberapa abad setelah penaklukan Islam, Babylonia selalu menjadi pusat utama pendidikan rabinikal. Hubungan dengan sarjana-sarjana Islam Arab dalam batas tertentu berfungsi sebagai penyegaran rangsangan. Pada abad kesembilan dan kesepuluh, hal ini menjadi permulaan pembelajaran filologi dan gramatikal tentang literatur Ibrani; dan Hai Galon adalah orang pertama yang membuat tanggapan tentang Mishnah yang masih ada sampai sekarang.”

Maimonides (1135-1204 M), salah seorang tokoh besar pada abad pertengahan, pada awal masa dewasanya menulis sebuah pendahuluan dan tanggapan terhadap Mishnah secara keseluruhan. Pendahuluan dan tanggapan itu ditulis dalam bahasa Arab dengan judul Kitab es-Siraaj (The Book of the Lamp).
.
Dari keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa banyak kaum terpelajar Yahudi yang mendapatkan manfaat dari masuknya Islam ke Babylonia, Irak. Bahasa Arab, metode, dan prinsip-prinsip fikih yang dikembangkan oleh para sarjana Islam membantu mereka. Seorang tokoh besar Yahudi abad pertengahan , Maimonides secara jelas menggunakan metodologi Islam-yang memang sudah teruji- dalam kajian-kajian Yahudi.

Terkait dengan persoalan tersebut, Prof. Dr. M.M. Al-A’zami (The History The Qur’anic Text , hal.280-281) memberi tanggapan bahwa dugaan para ahli Barat bertentangan dengan realitas yang sebenarnya terjadi. Bahwa orang Islam dituduh meminjam tanpa malu-malu dari orang Kristen dan Yahudi. Bahkan, Nabi Muhammad, jika tidak dituduh ‘mencuri’ dari sumber-sumber Biblikal, dikatakan sebagai seorang pengkhayal yang berpegang pada prototipe Rabinikal. Yang sebenarnya terjadi adalah orang Yahudi dan Kristen mendapat manfaat besar dari kemajuan-kemajuan metodologi dan budaya Islam. Mereka memanfaatkannya sebagai inspirasi pencapaian-pencapaian masa depan mereka.

Sumber dikutip: Jejak Yakjuj dan Makjuj dalam Inskripsi Yahudi (Wisnu Sasongko),
Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia (Z.A. Maulani)

Note: Ada beberapa kata diubah, ditambah dan dihilangkan tapi tidak mengubah makna kalimat.

*Merupakan tambahan dari penulis (Wisnu Sasongko).
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Tips and TricksLatest Tips And TricksBlogger Tricks