Thursday, September 1, 2016

LGBT : “Alat Tunggangan” Agenda Besar Para Elit Dunia Untuk Depopulation

Apakah LGBT kelainan jiwa? Apakah suatu penyakit? Apakah bisa disembuhkan? Apakah mereka bisa kembali normal? Untuk mengetahuinya, baik Anda seorang LGBT atau pun bukan, maka ikuti dan baca terus secara tuntas artikel ini yang kami sajikan dari sudut pandang scientific yang belum pernah ada di artikel lainnya.

LGBT atau GLBT adalah akronim dari “Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender”. Apakah LGBT salah? Menurut Al-Quran perilaku itu salah. Menurut Alkitab perilaku itu juga salah. Menurut hukum alam perilaku itu juga salah. Manusia secara alami diciptakan sebagai pria dan wanita, agar mereka dapat berkembang biak secara natural. Bayangkan jika Tuhan menciptakan hanya satu gender, maka Anda tak akan pernah lahir. Sangat simple. Jadi jelas itu salah.


Jika menurut kitab-kitab suci agama LGBT adalah perilaku yang jelas-jelas salah, lalu mengapa di banyak negara LGBT dilegalkan? contoh
Pada hari Jumat 26 Juni 2015, Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis di 50 negara bagian.

Pertanyaan itu masih merupakan pertanyaan mudah untuk dijawab, bagi kami. Seharusnya yang ditanyakan adalah, jika mereka mengaku memang beragama, mengapa LGBT dilegalkan oleh mereka? Apakah mereka benar-benar beragama? 

 
Umat beragama pastinya selalu mengikuti apa yang ada di kitab-kitab suci mereka, itu pasti, bukan apa yang diingini oleh kaumnya, yaitu kebebasan tanpa batas. Walau Tuhan memang menciptakan segalanya tanpa batas, namun karena itulah maka agama diturunkan melalui kitab suci agar manusia memiliki batasan yang menggoda iman mereka, kitab suci adalah panduan. 


Itu artinya bahwa Tuhan memberikan hidup kepada manusia di dunia yang sengaja dipenuhi oleh kebaikan dan keburukan, adalah sebagai ujian terhadap imannya sebelum akhirnya jiwa manusia kembali kepadaNya dengan membawa “catatan” hasil dari test iman mereka dari segala jenis hawa nafsu mulai dari kesombongan hingga kemusyrikan selama di dunia. 

Istilah LGBT

 
Istilah LGBT adalah singkatan dari: Lesbian (menyukai sesama wanita), Gay (menyukai sesama pria), Bi-seksual (menyukai wanita dan juga pria), dan Trans-gender (menyukai sesama jenis, dan mengubah dirinya menjadi lawan jenisnya). 


LGBT ini digunakan semenjak tahun 1990-an silam dan menggantikan frasa “komunitas gay", karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.

Akronim LGBT dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman “budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender”.

Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender. Maka dari itu, seringkali huruf Q ditambahkan agar “Queer” dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka juga terwakili, contohnya: “LGBTQ” atau “GLBTQ“, tercatat semenjak tahun 1996.

Huruf lain yang dapat ditambahkan adalah :
- U untuk “Unsure” (tidak pasti);
- C untuk “Curious” (ingin tahu);
- I untuk interseks;
- T lain untuk “Transeksual” atau “Transvestit”;
- T, TS, atau 2 untuk “Two‐Spirit”;
- A atau SA untuk “straight allies” (orang heteroseksual yang mendukung pergerakan LGBT); atau A untuk “aseksual”.
- Ada pula yang menambahkan P untuk Panseksualitas atau “Polyamorous” dan
- O untuk “other” (lainnya).

Istilah Panseksual, Omniseksual, Fluid, dan Queer dianggap masuk ke dalam “biseksual”. Demikian pula, bagi beberapa orang istilah Transeksual dan Interseks masuk ke dalam “transgender”, meskipun banyak transeksual dan interseks yang menolaknya.

Ada pula istilah SGL (same gender loving, pecinta sesama jenis) kadang-kadang digunakan orang Afrika-Amerika untuk memisahkan diri dari komunitas LGBT yang menurut mereka didominasi orang kulit putih.

Ada pula istilah MSM (men who have sex with men, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) secara sinis dipakai untuk mendeskripsikan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain tanpa merujuk pada orientasi seksual mereka. 


Ada pula frase MSGI (minority sexual and gender identities, identitas seksual dan gender minoritas) yang diperkenalkan pada tahun 2000-an digunakan untuk merangkum semua huruf dan akronim, namun masih belum banyak digunakan.

Majalah Anything That Moves menciptakan akronim FABGLITTER (Fetish seperti komunitas gaya hidup BDSM (merupakan kegiatan alternatif seksual yang melibatkan suatu Roleplay atau Permainan Peran), Allies atau poly-Amorous, Biseksual, Gay, Lesbian, Interseks, Transgender, Transsexual Engendering Revolution (Revolusi Kelahiran Transeksual) atau inter-Racial attraction (ketertarikan antar ras), tetapi istilah ini juga tidak banyak digunakan.

Akronim lain yang mulai menyebar pengunaannya adalah QUILTBAG (Queer/Questioning, Undecided (belum ditentukan), Interseks, Lesbian, Trans, Biseksual, Aseksual, Gay). Akan tetapi, istilah ini juga belum umum.

Istilah-istilah dan singkatan diatas perlu kami sebutkan supaya Anda dapat mengetahui untuk dapat mendeteksi keberadaan mereka atau kelompok mereka yang biasanya disembunyikan (secret societies) terutama di negara-negara yang tak mengakui mereka, untuk dapat melebarkan pengaruhnya atau menyebarkan soal paham mereka kepada lainnya, serta agar mereka tak berusaha untuk memberikan pengaruh kepada yang lainnya baik itu ditengah masyarakat di Indonesia ataupun di dunia.

Kelainan ketertarikan seksual yang sejak zaman nabi Luth ini telah ditegur keras, kini kembali, dan pada masa kini, mereka sudah memasuki semua agama dan kepercayaan, juga nyaris semua negara, ras atau suku, serta golongan di seluruh dunia.

Agenda Besar Para Elit Dunia
Kaum LGBT pada masa ini telah masuk ke dalam lintas agama, sosial, suku, ras, budaya, negara, politik dan antar golongan. Dan sepertinya hanya negara Korea Utara saja yang masyarakatnya tak mengenal LGBT. Hal ini terbukti dalam program National Geographic Channel: Inside North Korea, dimana masyarakat di negara itu tak tahu apa itu lesbian, juga apa itu gay (homoseksual). Masyarakat yang ditanya secara acak atau random hanya mengerutkan kening sambil berfikir, dan balik bertanya, “Apa itu?

Bahkan di Korea Utara yang dianggap komunis dan memiliki pemimpin diktator serta negaranya begitu tertutup oleh informasi dari sistim Dajjal, terbukti tidak ditemui adanya kasus atau korban HIV apalagi AIDS, alias nol.

Berbeda di Korea Utara, berbeda di negara lain. Kini, kaum LGBT mulai terang-terangan berusaha mengajak masyarakat untuk merubah orientasi seksnya dari normal ke arah LGBT di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, mereka berani meminta supaya LGBT diakui sebagai sebuah kenormalan, maka sudah waktunya negara bersikap tegas! 


Ada desain besar yang harus dipahami oleh semua pihak di balik kampanye LGBT, karena merupakan salah satu “alat tunggangan” dari agenda besar para elit dunia dalam mengurangi jumlah penduduk (depopulation) di suatu negeri. 


"Jika Anda kira LGBT ecek-ecek, mohon Waspada sebab LGBT adalah gerakan yang didukung PBB/UNDP & mungkin juga Konspirator-konspirator." (Dr. YusronIhza_Mhd, Duta Besar RI untuk jepang)
Silahkan klik UNDP Gelontorkan Rp108 M untuk LGBT di Indonesia

Dengan menikah atau berhubungan sesama jenis, maka tidak akan menghasilkan keturunan dan itu rawan terkena berbagai macam penyakit berat, misalnya jika terjadi pendemik penyakit AIDS, sehingga menyebabkan pertumbuhan penduduk menjadi negatif. Bahkan secara statistik, LGBT mampu mengerem dan menurunkan pertumbuhan suatu negeri.

Karena itu, pemerintah tetap perlu memberikan hak-haknya bagi siapa saja yang mengalami masalah LGBT yang ingin menjadi normal. Tetapi, jika mereka mengkampanyekan LGBT apalagi menularkan kepada orang lain yang normal, maka negara harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Karena jika tidak, selain memangkas penduduk, maka anak-anak hasil adopsi kaum ini akan dikontrol pikirannya terutama oleh orang tua mereka, untuk menjadi kaum yang sama seperi orang tuanya, begitulah seterusnya.

Begitu juga misal, jika mereka tetap ingin punya anak kandung secara genetika, maka telah terjadi epigenetika pada genome yang lebih dibanding anak normal. Karena kelangsungan turunan mempengaruhi bagaimana ayah ibunya, bagaimana kakek neneknya, dan seterusnya.

LGBT, mengapa bisa terjadi?
Seperti dijelaskan secara singkat diatas, dalam LGBT terdiri dari empat jenis perubahan ketertarikan seksual yaitu: 


(L)esbian, (menyukai sesama wanita) adalah termasuk homoseksualitas, yaitu rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama, dalam hal ini sesama wanita atau perempuan. Lesbian sendiri adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual.

Istilah ini dapat digunakan sebagai kata benda jika merujuk pada perempuan yang menyukai sesama jenis, atau sebagai kata sifat apabila bermakna ciri objek atau aktivitas yang terkait dengan hubungan sesama jenis antar perempuan. Di Indonesia, beberapa kaum lesbian muncul karena ketidakpuasan mereka terhadap perlakuan laki-laki, misalnya karena kekerasan yang mereka terima. Selain itu, memang mereka terlahir untuk menjadi lesbian secara alami.

(G)ay, (menyukai sesama pria) juga termasuk homoseksualitas, adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama.

Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada “pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis” terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, “Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.

Homoseksualitas adalah salah satu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas dan heteroseksualitas, dalam kontinum heteroseksual-homoseksual.

(B)i-Seksualitas, (menyukai wanita dan juga pria) merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada dua jenis (bi=artinya dua) yaitu pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus.

Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual pada semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin atau gender biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas.

Biseksualitas adalah salah satu dari 3 (tiga) klasifikasi utama orientasi seksual, bersama dengan heteroseksualitas dan homoseksualitas, yang masing-masing merupakan bagian dari Rangkaian kesatuan heteroseksual-homoseksual.

Suatu identitas biseksual tidak harus memiliki ketertarikan seksual yang sama besar pada kedua jenis kelamin; biasanya, orang-orang yang memiliki ketertarikan pada kedua jenis kelamin tetapi memiliki tingkat ketertarikan yang berbeda juga mengidentifikasikan diri mereka sebagai biseksual. Biseksualitas umumnya dikontraskan dengan homoseksualitas, heteroseksualitas, dan aseksualitas.

(T)rans-Gender, (menyukai sesama jenis, dan mengubah fisik dirinya menjadi lawan jenisnya) merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Transgender bukan merupakan orientasi seksual (yaitu kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan seksual, romantis, atau emosional), amun seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual, maupun aseksual.

Di Thailand yang memiliki banyak transgender sebagai komoditas turis disebut sebagai Kathoey, adalah istilah dalam Bahasa Thai yang mengacu pada salah seorang wanita transgender atau laki-laki gay feminin di Thailand.

Sejumlah besar masyarakat di Thailand menganggap kathoey sebagai bagian gender ketiga, termasuk bagi banyak kathoey sendiri, sementara yang lain melihat mereka baik sebagai tipe laki-laki atau tipe wanita.

Individu Transgender dapat memiliki karakteristik yang biasanya dikaitkan dengan gender tertentu dan dapat pula mengidentifikasi gender mereka di luar dari definisi umum yaitu seperti agender, gender netral, genderqueer, non-biner, atau gender ketiga.

Seseorang yang transgender dapat pula mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang yang bigender, pangender, atau mencakup bagian-bagian dari beberapa rangkaian kesatuan transgender yang umum atau juga mencakup bagian lainnya yang berkembang dengan adanya studi-studi terkini yang lebih rinci.

Awalnya banyak pakar menduga alasan orang cenderung menyukai sesama jenisnya adalah karena adanya ‘gen gay’ di dalam dirinya.

Namun sebuah studi baru mengungkapkan temuan itu tidaklah akurat. Menurut studi ini ada proses tertentu bernama epigenetika (epigenetic / ep·i·ge·net·ic /ˌepijəˈnetik) yang bisa menjelaskan mengapa homoseksualitas terjadi dalam sebuah keluarga. Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti memfokuskan pengamatannya pada penanda epigenetics (epi-marks) yaitu perubahan molekuler yang bertindak sebagai ‘saklar’ sementara untuk menyalakan atau mematikan gen. Menurut National Institute for Mathematical and Biological Synthesis, epi-marks juga menentukan kapan, di mana dan bagaimana sebuah gen diekspresikan. [Untuk menjelaskannya bisa buka di postingan berikutnya disini]

Sejauh ini hukum nasional Indonesia tidak mengkriminalisasikan homoseksualitas. Hal ini berbeda dengan hukum mengenai sodomi di negara jiran, Malaysia, produk hukum warisan kolonial Inggris yang mengkriminalisasikan tindakan homoseksual, atau lebih spesifik tindakan anal seks. Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju.

Lebih dari 3.000 Anak Indonesia Masuk Jaringan LGBT

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan dari hasil sensus dan riset awal 2016 lalu, ada ribuan anak Indonesia yang telah masuk jaringan kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Ada 3.000-an anak-anak sekarang yang masuk jaringan gay ini,” kata Yohana di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, pada Februari 2016 lalu. Yohana menuturkan data tersebut belum resmi. Pihaknya masih melakukan pendataan
.
Ia akan mengajak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk memberikan penyuluhan terkait LGBT pada anak-anak. “Ini merupakan hal emergency yang perlu ditangani secepatnya khusus untuk anak-anak,” Yohana menegaskan.

Ratusan situs internet berkonten LGBT & Pornografi diblokir Pemerintah

Sebanyak 477 situs berkonten radikalisme, pornografi, dan lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau “LGBT” sudah diblokir sejak Februari 2016, dan pastinya akan terus bertambah.

Masalah pornografi dan radikalisme di Indonesia memutuskan pemblokiran 477 situs yang mengandung LGBT, pornografi, dan radikalisme,” kata Azhar Hasyim, Direktur e-Business Ditjen Aplikasi dan Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika .

Tindakan tersebut dilakukan setelah rapat gabungan dua panel bidang pornografi dan radikalisme, serta para perwakilan “Over The Top” (OTT) di kantor Kemkominfo. Menurut Azhar Hasyim, pemblokiran tersebut berdasarkan laporan dari masyarakat yang resah terkait propaganda “LGBT”, pornografi, dan radikalisme. Selain itu, kata dia, pihaknya juga memblokir situs blog Tumblr, karena banyak mengandung konten pornografi.



Sumber :
- https://indocropcircles.wordpress.com/2016/02/16/lgbt-epigenetika/

- http://chirpstory.com/Bahaya LGBT dan Konspirasi Global/Dr.@YusronIhza_Mhd

- UNDP Gelontorkan Rp108 M untuk LGBT di Indonesia
- Wikipedia, LGBT Hak LGBT di Indonesia , Lesbian , Gay , Biseksualitas , Transgender


Postingan berikut : Epigenetika“, Penyebab LGBT Yang Salah Satunya Berasal Dari Makanan

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Tips and TricksLatest Tips And TricksBlogger Tricks